Divisi Klinis Departemen Psikologi FIPP UNY Gelar Sosialisasi Kesehatan Mental: Bekali Guru BK dengan Pengenalan Mental Health Dual Continuum

Yogyakarta, 24/08/2024- Departemen Psikologi FIPP UNY divisi klinis mengadakan sosialisasi kesehatan mental di lingkungan pendidikan Ma’arif. Acara yang diadakan di Gedung DPD RI DIY ini mengangkat tema Mental Health Dual Continuum dan dihadiri oleh berbagai narasumber dari bidang psikologi dan pendidikan.

Dr. Tadkiroatun Musfiroh, M. Hum., Ketua LP Ma’arif NU PWNU DIY, membuka acara dengan menyoroti isu gangguan mental di kalangan pelajar, seperti kenakalan remaja, yang sudah banyak terjadi di lingkungan pendidikan. Program ini bertujuan untuk membekali guru BK agar dapat melakukan deteksi dini terhadap siswa yang mungkin mengalami gangguan mental.

Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A., Anggota DPD RI DIY, juga hadir menyampaikan pentingnya kesadaran bersama terkait kesehatan mental, terutama di kalangan pelajar. Beliau menekankan bahwa isu ini bukan hanya tanggung jawab sekolah dan orang tua, tetapi juga seluruh masyarakat.

Dr. Farida Harahap, M.Si., Ketua Tim Pengabdian Psikologi UNY, memberikan materi utama tentang Mental Health Dual Continuum, yang membahas empat kategori kesehatan mental, mulai dari mental yang sehat hingga mereka yang sedang berjuang melawan penyakit mental. Peserta diajak untuk mengenali tanda-tanda gangguan mental dan melakukan screening awal secara mandiri.

Nadya Anjani Rismarini, M.Si., Psikolog, melanjutkan dengan memberikan materi tentang cara mengelola stres. Beliau menjelaskan bahwa salah satu kunci mengelola stres adalah mengubah cara pandang terhadap situasi yang menekan serta pentingnya menjaga keseimbangan hidup melalui ibadah, olahraga, dan rekreasi. Teknik relaksasi sederhana seperti Relaksasi Nafas dan Butterfly Hug juga diajarkan kepada peserta.

Dr. Kartika Nur Fathiyah, M.Si., Psikolog, menyampaikan materi tentang emosi positif dan kesehatan mental. Beliau menggarisbawahi pentingnya mengenali emosi siswa melalui alat seperti Emotion Wheel dan Feelings Thermometer, yang bisa membantu guru memahami kondisi emosional anak-anak di sekolah.

Eva Rahman, M.Si., Psikolog, menutup acara dengan materi tentang syukur. Beliau menjelaskan bagaimana rasa syukur dapat meningkatkan kesejahteraan emosional, menurunkan stres, dan memperbaiki kualitas hubungan antarpribadi. Guru-guru diminta untuk menuliskan pencapaian dan hal-hal yang mereka syukuri untuk menumbuhkan rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari.

Acara ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan keterampilan baru bagi para guru BK dalam mendeteksi dan menangani masalah kesehatan mental di sekolah, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental di lingkungan pendidikan.